Budaya Bambu, Budaya Kita

1366 Views

Acara bertemakan “Sarasehan Forum Persaudaraan Pencinta Bambu” dalam rangka Hari Bambu Indonesia yang di dibuka langsung oleh Hadi Daryanto, Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan, mewakili Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Memang ini janji beliau yang Saya dengar langsung pada saat di sela-sela penanaman sejumlah jenis tanaman bambu di Akademi Bambu Nusantara (ABN) bersama   Walikota Tangerang Selatan (Tangsel) Airin Rachmi Diany, yang berkeinginan mewujudkan Kota Tangsel sebagai pusat bambu dunia pada 2019. Namun pada acara kali ini Bu Airin biasa dipanggil akrab oleh warga Kota Tangsel tidak dapat hadir dan di wakili oleh Mukkodas Shuhada selaku pendiri ABN dan juga sebagai Sekretaris Dinas Tata Kota Bangunan dan Pemukiman (DTKBP) Kota Tangsel untuk mempresentasikan tentang Model Water from City dengan Bambu di Kota Tangsel.


Jika kita paham akan filosofi dari bambu tentunya akan mengerti sekali, apa saja makna yang sesungguhnya dari bambu. Saat sebelum di bacakan doa oleh Jatnika, beliau merupakan salah satu tokoh rumah bambu yang sangat peduli dengan keanekaragaman dan pengelolahan bambu, menyampaikan bahwa semua nama alat musik selalu berakhiran “….ng” seperti Angklung, Calung, Suling, Karinding dan lain-lain tentunya hal ini di maknakan dalam budaya kita dahulu dalam doa yang berarti ketenangan dan kedamaian. Penghijauan yang telah dilakukan di sekitar sungai sebagai penahan tebing. Bambu yang ditanamnya sudah merimbun di bantaran Sungai Ciliwung, Cisadane, dan Ciluwer. Di kampung halamannya, Jatnika menanam lebih dari 10 hektar bambu di tepian sungai Cimande. Tanaman bambu tersebut tak sekadar mencegah erosi sungai, tapi juga memberi kesejahteraan bagi warga sekitar...>>Selengkapnya

Comments

Signin Signup