Nusantara yang Sehat dengan Nusantara Sehat

1396 Views

TDB. 19 Juli 2016, saya menuju Kantor Kemenkes Rasuna Said, Gd. Adhytama Ruang Dr. Johannes Leimena. Kementrian kesehatan mengadakan diskusi yang dihadiri oleh para dokter, mahasiswa kedokteran, dan blogger. Diskusi yang mengangkat tema “Karier Dokter dan Dokter Gigi di Era Jaminan Kesehatan Nasional” ini dimoderatori oleh Kang Maman Suherman. Bersama Drg. Usman Sumantri, Msc., Kang Maman membuat diskusi menghangat ketika peserta mulai mengajukan pertanyaan dan pendapatnya mengenai program Nusantara Sehat. Jumlah dokter di Indonesia sudah sangat banyak, hanya saja belum merata, seharusnya 1 dokter bisa memegang 2.500 pasien BPJS. Namun kenyataannya, justru para dokter membuka izin praktik sendiri-sendiri dan enggan bertugas di lokasi DTPK (Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan) dan DBK (Daerah Bermasalah Kesehatan). Padahal untuk mewujudkan Nusantara Sehat dibutuhkan dokter dan tenaga kesehatan untuk di daerah, namun yang melamar hanya sedikit dan yang lolos seleksi pun sedikit karena ketatnya penyaringan.



Mari Sabrina Purba, dokter yang ditempatkan di Boven Digoel, Papua. Sebelum kedatangannya, puskesmas di sana mati atau tidak aktif, para penduduk lebih memilih berobat ke Papua nugini atau negara tetangga dibanding di Indonesia yang adalah negaranya sendiri. Sebelum bertugas, tim nusantara sehat ini dilatih dahulu selama sebulan. Firman Budi Setiawan tugas di Papua, juga dokter dari nusantara sehat. Keduanya hadir dalam diskusi ini, membahas karier dokter di Indonesia, berbagi pengalaman susah senang selama menjadi tim Nusantara Sehat. Sebenarnya jalur apapun yang dipakai itu baik, tidak sedikit dokter yang merasa bahwa tim Nusantara Sehat di’anak emaskan’ oleh Kementerian, namun di balik itu semua, para tenaga ahli ini mulai bingung harus ke mana setelah masa tugas berakhir, karena hanya selama 2 (dua) tahun mereka menjadi tim Nusantara Sehat. >>Selengkapnya

Comments

Signin Signup